Khutbah Jum’at – 20080523

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita salah menempatkan prioritas. Termasuk di dalamnya dalam hal ibadah. Salah satu contoh ibadah yg salah prioritas adalah ibadah haji.

Haji, sebagai sebuah puncak ibadah, akan ‘dikalahkan’ prioritasnya jika di sekitar calon haji masih ada anggota masyarakat/warga yg menderita kelaparan. Dengan kata lain, prioritas menyantuni kaum muskin lebih tinggi dibandingkan dengan berhaji.

Ada 2 kisah yg menceritakan ‘keunggulan’ menyantuni warga miskin dibandingkan dengan berhaji.

Dalam sebuah riwayat, seorang ulama besar berniat menunaikan ibadah haji. Dalam perjalanan menuju Mekkah, dilihatnya seorang miskin yg sedang meminta pertolongan. Tanpa ragu, ulama besar ini memberikan SELURUH bekal hajinya. Otomatis, karena sudah tidak ada lagi bekal, maka beliau kembali ke kampung halamannya.

Namun, anggota rombongan yg lain melihat kehadiran beliau di Mekkah. Dilihatnya sang ulama berthawaf, sa’i dan mengerjakan haji dengan sempurna.

Kisah yg lain, seorang ulama menunaikan ibadah haji. Saat istirahat, sang ulama mendengar percakapan tentang kualitas ibadah haji yg dilakukan para jama’ah haji. Dalam percakapan tersebut, didapat kesimpulan bahwa haji yang dilakukan para jama’ah haji diterima oleh ALLOH SWT bukan karena aktivitas haji para jama’ah, namun disebabkan oleh si Fulan.

Penasaran, sang ulama ini mencari si Fulan, namun ternyata tidak ditemukan di rombongan haji manapun. Lalu ditemukan informasi bahwa si Fulan ini hidup di sebuah daerah. Terdorong rasa penasaran, sang ulama mendatangi daerah tersebut. Didapatinya si Fulan hidupnya biasa saja, malah tidak jadi berhaji tahun itu.

Ketika ditanya sang ulama, tindakan apa yg dilakukan si Fulan menjelang pergi berhaji. Si Fulan menjawab bahwa dia semula hendak berhaji, tapi ketika mengetahui ada tetangganya yg kesulitan hidup, dia berikan seluruh bekal hajinya untuk tetangganya tersebut.

Hikmahnya dari 2 kisah di atas: apabila kita menyantuni warga miskin, insya ALLOH pahalanya akan serupa dengan berhaji. Dengan kata lain, ALLOH SWT menggantikan santunan terhadap warga miskin dengan ibadah haji.

Kesalahan penempatan prioritas ibadah lain yg dilakukan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1. Menyesuaikan waktu meeting dengan waktu sholat. Seringkali kita mengadakan meeting menjelang sholat dhuhur atau ashar, sehingga kita jadi terlambat sholat. Sebuah artikel menarik tentang sholat dan kerja bisa dibaca di sini.

2. Kita lebih mendahulukan makan tepat waktu dibandingkan dengan sholat tepat waktu. Sholat tepat waktu merupakan wujud syukur kita terhadap ALLOH SWT.

Kita perhatikan surat Al ‘Ashr(103),“Demi masa. — Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, — kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Perhatikan juga nasihat Rasululloh SAW, agar kita memperhatikan 5 perkara sebelum datang 5 perkara.

5 thoughts on “Khutbah Jum’at – 20080523

  1. masyhudi says:

    jadi mana yang utama ? pergi haji dulu apa menyantuni fakir miskin disekitar kita ?

    sebenarnya ini ditujukan untuk yg haji berkali-kali.

  2. Patra says:

    Zaman sudah berubah. Kita tak perlu mempolitisir agama. Haji adalah wajib hukumnya bagi yang mampu. Karena kita diberi akal untuk berusaha menghasilkan sesuatu, Allah akan memberi kalau niat kita sungguh-sungguh ikhlas karenanya. Namun jangan lupa sekitar kita juga, sejalan waktu musnahkan kemiskinan yg masih terlihat dimata disekitar kita masing-masing terlebih dahulu. Jadilah muslim yang komplit rukun Islamnya sebelum Allah menjemput untuk menghadapNya. Semoga Allah memberkahi kita semua. Amin.

  3. kapan aku mampu memenuhi panggilanmu yaAllaoh

  4. achmad daud says:

    lengkapi lagi doooong, dalil2nya dan temanya.trims

Leave a reply to KUMPULAN KHUTBAH JUMAT 2008 WORDPRESS.COM « SITUSARA Cancel reply